Friday, November 25, 2011

Menikmati Danau Tertinggi di Asia Tenggara

Tulisan ini merupakan lanjutan cerita perjalanan ku sebelumnya bersama Boleng dan Memet http://arnan-tri.blogspot.com/2011/10/goes-to-kerinci-3805mdpl.html.
Usai mendaki Gunung Kerinci, Gunung berapi tertinggi di Indonesia, aku melanjutkan perjalanan ke Danau Gunung Tujuh yang merupakan danau tertinggi di Asia Tenggara. Danau air tawar tertinggi di Asia Tenggara ini berada di Desa Pelompek, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi dengan ketinggian 1.950 meter diatas permukaan laut (mdpl).

Perjalanan dari Tugu Macan menuju Desa Pelompek hanya berjarak sekitar 3 km yang bisa ditempuh menggunakan angkutan berwarna biru.

Setibanya di Desa Pelompek kami menyempati bersinggah di rumah Pak Kadus Baru Ulu Jernih (RT setempat) untuk beristirahat sejenak karena memang perjalanan ke Gunung Kerinci kemarin cukup melelahkan.

pemandangan Gunung Kericni dari Desa Pelompek

Pemandangan di Sepanjang Jalan Desa Pelompek

Dari Desa ini kita bisa melihat dengan jelas keindahan Gunung Kerinci, karena memang jarak desa ini cukup dekat dengan Gunung Kerinci. Setiap Gunung Kerinci sedang aktif pastilah penduduk Desa Pelompek akan selalu diungsikan.

Mayoritas matapencaharian masyarakat Desa Pelompek adalah berkebun dan bertani. Makanan sehari - hari mereka yaitu nasi berlauk kentang dan sambel yang sangat nikmat rasanya. Masyarakat disana pun sangat ramah. Pemandangan sekitar pun masih sangat alami, birunya langit, aliran air di sepanjang pinggiran jalan dan juga warna hijau padi merupakan pemandangan yang sangat langka kami temui saat berada di kota.

aliran air di sepanjang pinggiran sawah

Setelah bersinggah dua hari di rumah Pak Kadus kami meneruskan Perjalanan ke Danau Gunung Tujuh. Dari pintu masuk Danau Gunung Tujuh kami dikenakan biaya tiket sebesar Rp3.000,- yang merupakan biaya asuransi jiwa.

Untuk mencapai danau kami harus mendaki selama 3 jam dari pintu masuk Gunung Tujuh.  Awal pendakian akan terlihat pemandangan Gunung Kerinci dan perkebunan sayur. Setelah itu jalur mulai menanjak dan berakar. Setelah sampai di puncak Gunung Tujuh, kami harus menuruni gunung sekitar sepuluh menit dengan menapaki jalur yang sangat curam dan berakar. 

Pemandangan Danau di Senja Hari
Namun, sesampainya di danau, semua keletihan akan langsung terbayar. Pemandangan Danau yang seperti laut ini membuat kami terperangah sesaat. Tidak ada pengunjung selain kami saat kami tiba di Danau, Danau yang luas ini serasa seperti Danau pribadi milik kami.
Meskipun kabut tebal berterbangan di atas danau namun suara gemuruh air terjun dan suara orang utan sudah cukup melengkapi kepuasan kami saat menapaki Danau Gunung Tujuh ini.

Sesuai namanya danau ini dikelilingi oleh tujuh gunung, yaitu Gunung Hulu Tebo (2.525 meter), Gunung Hulu Sangir (2.330 m), Gunung Madura Besi (2.418 m), Gunung Lumut yang ditumbuhi berbagai jenis lumut (2.350 m), Gunung Selasih (2.230 m), Gunung Jar Panggang (2.469 m), dan Gunung Tujuh (2.735 m). Perkiraan kami di beberapa gunung ini terdapat sumber air, yang menyebabkan air di Danau ini tidak pernah habis.

mencari kayu bakar di seberang danau

Setelah mendirikan camp kami berjalan menyusuri danau dan tanpa disengaja kami menemukan sampan milik nelayan, langsung saja kami langsung membawa nya ke depan camp kami. Sampan ini kami gunakan untuk mencari kayu bakar di seberang pulau, karena untuk mencari kayu di dataran ini sangat sulit, bahkan ketika kami kembali ke puncak pun kayu bakar masih sulit untuk di temukan. 

ikan pertama yang kami dapat

memancing pun menjadi pilihan kami saat berada di sana untuk dijadikan menu andalan makanan kami, benar saja baru beberapa saat menaruh umpan kami sudah mendapatkan 4 ekor ikan, meskipun tidak terlalu besar tapi lumayanah untuk dijadikan lauk malam ini.

skipper kami saat menyebrangi danau

Hari kedua pun datang, karena kami penasaran dengan daratan pulau di seberang danau ini, maka kami memutuskan untuk mengarungi danau ini dengan menggunakan sampan yang kami temukan kemarin. Suara gemuruh orang utan dan hujan rintik - rintik menemani perjalanan kami ke seberang danau. 

foto di depan rumah semi permanen milik nelayan setempat

Tak di sangka setelah tiba, ternyata banyak rumah - rumah semi permanen yang sepertinya sering di gunakan para nelayan untuk bersinggah. bahkan ada beberapa rumah yang pintunya masih tergembok. namun ada pula beberapa rumah yang terbuka, karena cuaca saat itu hujan sedang turun dengan lebat, langsung saja kami memasukinya untuk berteduh sesaat.
Setelah 4 jam pengarungan akhirnya kami memutuskan kembali ke camp

Sekitar pukul 14.00 kami beranjak pergi dari Danau Gunung Tujuh ini. 2 jam perjalanan kami pun telah tiba kembali ke Desa Pelompek.

Perjalanan kami untuk kembali ke Bandung menggunakan bus dari Padang selama 3 hari 2 malam


Foto bersama Pak Kadus


Cukuplah puas dengan perjalanan ku yang hampir 1 bulan ini. terima kasih kepada Pak Kadus Ulu Jernih karena telah berbaik hati telah memberi tempat persinggahan kami selama 2 hari.

pemandangan danau di siang hari saat berkabut



Suatu kebanggaan bagi negaraku mempunyai danau air tawar tertinggi di Asia Tenggara. Saatnyalah bagi kita, bangsa Indonesia untuk menjaga dan melestarikannya. 

1 comments:

  • Gejor says:
    January 8, 2012 at 7:04 AM

    Bro, tulisan-tulisan seperti ini diupload ke ORG juga. Okey Bro?

Post a Comment