Wednesday, October 26, 2011

SAMPAH Membukit Kesadaran Memudar



Masalah sampah memang takan pernah habis untuk dibahas, karena sampah bukanlah hanya tentang kotoran yang divisualisasikan... namun juga tentang kesadaran manusia. Selain merusak pemandangan, sampah juga menyebabkan bencana bagi masyarakat yang tinggal di sekitar aliran sungai. Itulah yang terjadi Sungai cikapundung, Kota Bandung, Jawa Barat.

Daerah aliran sungai (DAS) Cikapundung meliputi wilayah seluas 15.386,5 hektar dengan wilayah administrasi Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, dan Kabupaten Bandung. Sungai Cikapundung berhulu di Gunung Bukit Tunggul, mengalir melalui kota dan mengalir melalui Kabupaten Bandung dan bermuara di Sungai Citarum. Panjang Sungai Cikapundung mencapai 28.000 meter dengan lebar sungai di hulu 22 meter dan di hilir 26 meter.

Debit air minimum 6 meter kubik per detik. Karena ruang lingkup kota yang kecil, tidaklah heran lingkungan, dalam hal ini Sungai Cikapundung, menjadi korban akibat kepadatan penduduk dan kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan. Bisa dibayangkan jumlah penduduk yang berdomisili di DAS Cikapundung mencapai 750.559 jiwa, dan jumlah penduduk tertinggi di Kelurahan Tamansari 28.729 jiwa.

Kepadatan penduduk di DAS Cikapundung tergolong tinggi rata-rata 122 jiwa per hektar dengan kepadatan tertinggi di Kelurahan Maleer, Kecamatan Batununggal. Jumlah rumah tangga yang tinggal di bantaran sungai 6.837 RT. Karena itulah, Sungai Cikapundung akan lebih parah lagi jika tidak ada pengelolaan sejak dini. Masyarakat bersama pemerintah harus bekerja sauyunan menjaga secara saksama pentingnya sungai nan indah dan sehat.

Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bandung Iming Akhmad, Minggu (5/9), mengatakanBanjir di sungai cikapundung itu tidak hanya di sebabkan oleh penyempitan sungai dan air kiriman saja, tetapi juga dikarenakan banyaknya sampah di sungai, sehingga menyumbat aliran sungai cikapundung dan terjadilah sedimentasi yang parah di sungai Cikapundung yang mengakibatkan air hujan tidak bisa mengalir dengan lancar sehinggap meluap ke jalan dan pemukiman. Tingginya sedimentasi di anak Sungai Citarum ini mengakibatkan daya tampung kali semakin mengecil. Data BPLHD Jabar menyebutkan, sedimentasi di Cikapundung mencapai 1.023.347 ton per tahun. Lahan kritis seluas 3.865 hektar di sub-Daerah Aliran Sungai Cikapundung juga menyebabkan air larian (run-off) 529,5 juta meter kubik per tahun.”

Jika kita melihat realitas sekarang, Kota Bandung merupakan kota yang sangat digandrungi banyak orang dari luar kota, baik untuk persoalan jasa maupun pendidikan. Keindahan alamnya juga tempat melahirkan orang-orang kritis (para pemikir) yang diperhitungkan oleh nasional maupun internasional. Bahkan, bapak proklamor kemerdekaan Indonesia, Soekarno, belajar di Kota Bandung.

Kini Kota Bandung memiliki hampir lebih dari 40 perguruan tinggi. Maka, tidaklah heran hal tersebut menggoda pendatang untuk tinggal di Kota Bandung. Seperti contoh yang kita lihat, Sungai Cikapundung mengalir melewati kampus Universitas Parahyangan, Institut Teknologi Bandung, Universitas Islam Bandung, Universitas Pasundan, dan Universitas Langlangbuana. 

Namun, menjadi pertanyaan bagi keseluruhan perguruan tinggi itu, apakah ada rasa tanggung jawab atas nilai-nilai edukasi pada keselamatan lingkungan dan masyarakatnya? Jangan-jangan lembaga pendidikan hanya dijadikan ajang usaha, sebagai industri dengan mengatas namakan pendidikan.

“Nan malam ini ada acara gak??? Ikutan ngevakuasi korban banjir di dayeuh kolot yukk, lagi banjir tuh soalnya, karena hampir setiap tahun daerah itu selalu terkena banjir yang cukup parah, dan UKM kita selalu ikut berpartisipasi, baik dalam mensosialisasikan bahaya membuang sampah sembarangan, penanaman pohon, maupun berpartisipasi dalam melakukan evakuasi korban banjir .” ujar Firdaus Maringga , anggota ASTACALA AM-009-KB kepada saya ketika berpaspasan di kampus IT TELKOM (27/3) siang hari.

Ternyata  “sudah ada”, sudah ada orang yang peduli dan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap lingkungan di sekitarnya. Tapi mengapa kejadian ini tidak dapat terselesaikan???

Memang masalah seperti ini tidak akan dapat terselesaikan jika hanya satu pihak saja atau hanya segelintir orang saja yang bergerak, tetapi masalah ini dapat tertangani dengan baik jika seluruh masyarakat setempat dan pemerintah juga ikut bergerak dan saling bekerja sama.

Kerusakan lingkungan, gersangnya kota Bandung dan banyaknya sampah hingga terjadinya Kejadian banjir di sungai Cikapundung adalah salah satu contoh kejadian yang selalu terjadi tiap tahun yang diakibatkan oleh kurangnya kesadaran dan kurang pedulinya masyarakat pada lingkungan.

Sudah saatnya kita sadar atas keadaan lingkungan sekitar.  “Kapankah Sungai Cikapundung terbebas dari banjir??? Kapan kah masyarakat dapat sadar akan keadaan lingkungan di sekitarnya??? Kapankah kota Bandung terbebas dari keganasan sampah??? Kapankah, kapankah dan kapankah???” pertanyaan-pertanyaan itu tidak akan pernah habis untuk dilontarkan, jika kita belum bergerak...

0 comments:

Post a Comment