Monday, December 12, 2011

Menapaki Punggungan Malabar – Puntang


Pukul 06.00 WIB aku terbangun, hari itu hari Kamis, 3 November 2011 aku akan melakukan perjalanan Pendidikan Lanjut Gunung Hutan (GH) dan Search and Rescue (SAR) yang merupakan sederetan rangkaian atau bisa di bilang kewajiban Anggota Muda Astacala untuk dapat menjadi Anggota penuh Astacala. Sesuai dari namanya yaitu Gunung Hutan (GH) dan Search and Rescue (SAR) kami di haruskan melakukan perjalanan ke salah satu gunung  yang di seluruh perjalanan itu kami mengatur seluruh rancangan operasionalnya, disini kami di tuntut untuk benar – benar bisa menguasai teknik navigasi darat serta teknik bertahan hidup di hutan.

Kresna, Berti dan Tumingkel adalah pendamping perjalanan Diklan GH & SAR Kelompok ku saat itu. Bersama Ebol, Aris dan Hadi kami ber-7 segera berangkat ke Gunung Malabar, gunung yang terletak di bagian selatan Kabupaten Bandung dengan titik tertinggi 2.343mdpl adalah tempat yang kami pilih untuk Diklan GH & SAR.

Rencana Operasional kami untuk tiba kembali ke sekretariat yaitu empat hari dari hari keberangkatan, dimana setiap harinya kami mendirikan camp berbeda jenis. Di hari pertama kami haruslah membuat camp perorang, di hari kedua kami haruslah membuat camp berkelompok, dan di hari ketiga kami haruslah membuat bivak alam kelompok. Jika dalam 4 hari itu kami tidak bisa melakukannya maka hari pun harus di tambah hingga kami dapat mendirikan keseluruhan point – point tersebut.

Pukul 08.15 WIB Perjalanan kami menuju kaki gunung Malabar dimulai dengan mencarter angkot dari Palasari, setelah bernegoisasi dengan supirnya akhirnya kami memperoleh kesepakatan harga.

Kami tiba di Desa Cinanggela, kaki gunung Malabar pukul 10.40 WIB. Setelah berishoma sejenak, kami segera berjalan menuju titik start, perjalanan menuju titik start tidak terlalu jauh, sekitar pukul 13.00 WIB kami sudah tiba di titik start.
Perjalanan dari titik start
Kondisi di titik start merupakan area persawahan dan terlihat  beberapa rumah warga. Beberapa punggungan juga terlihat dari kejauhan. Langsung saja kami berorientasi medan untuk lebih meyakinkan kami jalur punggungan mana yang akan kami lalui sesuai dengan jalur yang telah kami plotkan.

Medan yang kami lewati untuk mencapai titik camp pertama sangatlah membosankan, hanya ada sawah dan perkebunan yang dapat kami nikmati. Sekitar 3 jam kami melewati sawah dan perkebunan warga akhirnya kami tiba di titik camp pertama.

Kondisi di titik camp pertama masih di sekitar daerah perkebunan warga, cuaca saat itu sedang hujan rintik – rintik dan berkabut tebal.
Camp  I  (camp per orang)
Sesuai dengan rencana awal, di titik camp pertama ini kami membuat camp perorang. Camp telah selesai,  kami pun langsung membuat api. Hingga malam datang pun hujan masih terus mengguyur camp kami. Setelah makan akhirnya kami berkumpul mengelilingi api untuk menghangatkan diri sembari brifing perjalanan untuk esok hari.

Perjalanan hari kedua dimulai sekitar pukul 10.00, hujan masih terus mengguyur tubuh kami, medan yang dilewati pun masih berupa perkebunan milik warga. Kami baru memasuki hutan pegunungan malabar setelah berjalan sekitar 2 jam. Saat tiba di Hutan Malabar jalur yang kami lewati mulai menghilang, tanaman berduri dan tanaman liar seringkali menutup jalan yang kami lewati, sehingga kami pun harus menebas tanaman liarnya. Jika dilihat dari kondisi medannya sepertinya jalur yang kami lewati memang sudah lama tidak digunakan lagi.

Setelah beberapa jam berjalan akhirnya kami tiba di plotan titik camp kedua. Saat tiba di sini ternyata hari masih siang akhirnya kami berunding sejenak dan mendapatkan mufakat untuk melanjutkan perjalanan. Karena dari awal kami memang sudah menetapkan target waktu dalam perjalanan ini. Sembari melihat peta akhirnya kami menetapkan untuk mendirikan camp di puncak Malabar. Sehingga titik plotan camp ke-2 ini pun hanya kami jadikan tempat ishoma sejenak.

Perjalanan kami lanjutkan kembali, kondisi Jalur yang kami lewati tetaplah sama seperti sebelumnya, terus menebas tanaman liar yang menghalangi jalan. Medan track yang kami lewati pun perlahan mulai mengganas, tanjakan – tanjakan curam ditambah dengan kondisi medan yang licin karena hujan serta pegerakan tambahan menebas tanaman sangat menguras energi kami.
Camp II (camp kelompok)
Sekitar pukul 16.30 kami tiba di puncak malabar. sesuai dugaan kami ternyata dataran di puncak malabar cukuplah luas cocok untuk tempat mendirikan camp. Keadan floranya pun masih terbilang rapat, sehingga cukup membantu kami untuk menahan angin yang masuk ke dalam camp kami.

Sesuai rencana di hari kedua ini kami mendirikan camp kelompok dan api kelompok. Sama seperti hari sebelumnya waktu kami gunakan untuk saling menghangatkan diri dan saling becanda ria.

Di hari ketiga kami telat bangun, dari ROP yang telah dibuat seharusnya kami siap memulai perjalanan pukul 09.00, namun nyatanya kami baru memulai perjalanan pukul 10.00. Melihat jalur yang akan kami tempuh hari ini sangat panjang, yaitu melanjukan perjalanan turun melalui gunung Puntang, maka kami memutuskan untuk mempercepat perjalanan di hari ketiga ini.

Kondisi Medan di hari ke-3 ini lebih berbahaya dari medan sebelumnya, ditambah kondisi cuaca saat itu sedang hujan dan punggungan yang kami turuni sangatlah terjal, sering kali juga kami melipiri punggungan yang sangat tipis, karena mau tidak mau untuk menuju gunung Puntang hanya ada satu jalan, yaitu jalan yang kami plotkan ini.

Waktu sudah menunjukan pukul 13.30, disini kami sempat berunding apakah akan mendirikan camp di titik ini atau melanjutkan perjalanan, karena saat kami melihat peta, titik yang bisa kami gunakan untuk mendirikan camp cukup lah jauh, ditambah jalur punggungan yang kami pilih memang cukup rapat dan tipis. Setelah berunding beberapa lama akhirnya kami memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan hingga kami tiba di gunung puntang.
Dokumentasi sesaat sebelum menapaki punggungan Malabar - Puntang
Merangkaki Punggungan Malabar - Puntang
Perjalanan pun kami lanjutkan, benar saja ternyata keadaan di medan sebenarnya lebih buruk dari yang tergambar di peta. Awalnya jalur terlihat normal, namun setelah beberapa menit berjalan, perjalanan menjadi sangat mencekam. Lebar jalur punggungan yang kami lewati hanyalah selebar dua jengkal, bahkan ada yang hanya satu jengkal tangan, pegangan tangan pun tidak ada, yang bisa di lihat di kanan dan kiri kami hanyalah jurang yang sudutnya hampir menyiku 90 derajat. Tidak ada pengaman yang kami gunakan untuk melewati punggunan ini, untuk melewati punggungan ini kami semua haruslah merangkak dan merangkak. Kondisi jalan yang menanjak juga hujan deras membuat kami lebih berhati hati dalam merangkak, angin kencang dan suhu dingin juga rasa lapar sangat amat kami rasakan saat itu, sekujur tubuh kami merinding, pikiran pun sudah berfikir kesana kemari, raut muka seluruh orang saat itu pucat pasih. Kami semua tidak ada pilihan untuk kembali ke belakang, karena jalur yang kami lewati sebelumnya juga sama – sama berbahaya. Bisa dibilang kami semua sangat bodoh untuk melewati punggungan ini. Melewati Jalur  yang benar – benar sangat tidak safety untuk dilewati, tapi apalah daya, semua sudah terjadi, yang bisa kami lakukan hanyalah berdoa dan berjalan dengan tetap menatap ke depan.
Puncak Puntang
Alhasil setelah kira – kira 3 jam merangkak kami semua berhasil melewati Punggungan menyeramkan itu, dan tiba di puncak gunung Puntang.

Kami memutuskan untuk mendirikan camp di titik ini, karena hari sudah sore dan titik camp yang kami plotkan masih cukup jauh. Terpaksa kami pun mendirikan camp flysheet.

Hujan masih terus mengguyur badan kami. Beruntung kayu bakar masih mudah untuk dicari sehingga api masih muda untuk dibuat. Sembari menghangatkan diri di malam hari kami melakukan eval dan brifing untuk perjalanan turun esok hari. Setelah membandingkan medan sebenarnya dan medan di peta akhirnya kami semua pun sepakat bahwa peta yang kami gunakan memang sudah terlalu banyak distorsinya dari medan yang sebenarnya, yang dikarenakan peta yang kami gunakan memang sudah cukup tua.

Pagi hari pun datang, dari Rencana Operasional (ROP) yang seharusnya kemarin di hari ketiga kami mendirikan bivak alam, tapi apalah daya, karena kondisi medan yang benar – benar di luar dugaan, akhirnya dari hasil brifing semalam kami telah bertanya kepada pendamping agar kami diperbolehkan tidak menambah hari, akhirnya kami pun diperbolehkan tidak menambah hari asalkan kami tetap membuat bivak alam, meskipun tidak digunakan untuk bermalam.

Perjalanan turun dimulai pukul 09.00. cukup cepat perjalanan hari ini, hujan lebat tidak menghambat perjalanan kami, sering kali kami terpleset dan terjatuh karena licinnya jalur, namun itu hanya kami anggap hiburan selingan belaka.
Bivak alam
Sebelum tiba di bumi perkemahan kami memutuskan untuk mendirikan bivak alam di dekat aliran sungai. Langsung saja kami membuat bivak alam, sekitar satu jam akhirnya kami selesai membuat bivak tersebut. Materi GH pun akhirnya dapat kami selesaikan.
Materi SAR
Materi kemudian di lanjutkan dengan materi Search and Rescue (SAR). Disini kami diberi teori – teori Search and Rescue (SAR ). Sedangkan SAR yang kami praktekan hanya sebagai pengenalan. Metode yang kami gunakan untuk mencari korban adalah metode pasiv, yaitu dengan cara memberi tanda untuk korban agar korban dapat menuju basecamp SAR, dimana di tanda tersebut di beri sudut azimut sehingga si korban akan mencari tanda berikutnya lagi hingga tiba di basecamp SAR. Metode ini hanya bisa digunakan jika si korban menguasai teknik navigasi darat.

Read more »