Monday, July 22, 2013

SURVEI “EKSPEDISI” BATU LAWI

Terlihat Barisan antrian rapih saat menaiki tangga besi, tak lama giliranku untuk menaiki tangga besi itu, kemudian kucari kursi bernomor 5c yang tertera di selembaran kertas yang kudapat dari penjaga loket, ternyata tepat berada di pojok kursiku berada. Kursi deret ke-3 berwarna merah dimana di sebelah kananku terdapat kaca berbentuk persegi kecil. Segera kupasang sabuk pengaman yang terlantar di busa kursi. Tak lama bersandar, terhentaklah badanku ke belakang. Seperti melewati jalan tanjakan dengan kecepatan tinggi menggunakan mobil. Melalui kaca persegi itu mataku dapat menatap indahnya pemandangan kota dan lautan awan di ketinggian.  Itulah pengalaman pertamaku bepergian menggunakan pesawat. Tidak tanggung – tanggung sekalinya naik pesawat aku langsung menaiki 3 pesawat secara bergantian.
***
Perjalanan kali ini bukan perjalanan biasa bagiku, aku dan Aji dipilih sebagai tim survei lokasi untuk kegiatan Ekspedisi ASTACALA yang bertemakan “Facing Giant Rock” pada bulan November nanti.
Ekspedisi kali ini mengangkat divisi Rock Climbing, dengan Tebing Batu Lawi sebagai objeknya. Tebing Batu Lawi yang berada di Gunung Batu Lawi, Kelabit Highland, Serawak, Malaysia (Borneo) dengan ketinggian tebing ± 125meter ini merupakan lokasi yang akan ku survei.
Tebing Batu Lawi kami pilih sebagai objek ekspedisi  dikarenakan karakteristiknya yang khas, untuk memanjat tebing ini kita haruslah mendaki gunung terlebih dahulu, barulah kita dapat memulai pemanjatan untuk dapat menikmati puncak sejatinya di ketinggian 2046 mdpl.


















Tebing Batu Lawi (Female dan Male)
Dengan semangat agar dapat mengibarkan bendera merah putih di atas Tebing Batu Lawi, kami yakin semua itu dapat terealisasikan.
***
Tanggal 9 – 18 Juli 2013 adalah hari yang kami pilih sebagai waktu survei. Pertama kalinya dengan menggunakan pesawat aku dapat menginjak tanah negeri Malaysia dengan menempuh rute melalui Jakarta – Kinabalu – Miri – Bario.


















Pemandangan dan Suasana di Bario
Titik start perjalanan ku ini berawal dari Bario (Bariew), Bario merupakan daerah pelosok dari daerah Serawak yang  infrastruktur pembangunannya masih sangat tertinggal dibandingkan dengan daerah – daerah  lain di Malaysia. Berada di ketinggian 1000mdpl membuat daerah ini sangat dingin di malam hari. Daerah Bario ini juga merupakan daerah perbatasan antara Serawak Malaysia dan Kalimantan Indonesia. Untuk pergi Dari Bario Malaysia ke Long Bawan Kalimantan cukup dengan berjalan kaki selama 1 hari melewati jalan setapak lintas hutan.
Semua penerangan dan listrik mereka peroleh dari generator set (genset) sedangkan semua barang dan makanan berasal dari Bandar/kota besar (Bandar paling dekat adalah Kota Miri di tempuh 1 hari naik mobil atau dengan naik pesawat PP 600ringgit sekali terbang), tidaklah heran semua barang/makanan/bahan bakar harganya jauh diatas harga normal.
Setibanya di Bario kami diperkenalkan dengan orang Indonesia, ternyata banyak orang Indonesia yang bekerja disini, hampir semua orang Indonesia di Bario bekerja sebagai pekerja bangunan, yahh meskipun mereka pergi ke Bario sebagai TKI namun cukup bangga kami dengan mereka, hampir semua pembangunan yang ada di Bario merupakan karya dari orang – orang indonesia.
***
Dari data yang kami peroleh dengan waktu 5 hari sudah cukup bagi kami untuk mendapatkan data yang dibutuhkan untuk operasional ekspedisi berlangsung. Setelah kesepakatan harga dengan guide tercapai mulailah kami memulai perjalanan ke Tebing Batu Lawi.
-          Hari pertama
Kami mulai beranjak dari kediaman guide (Uncle Philips biasa dipanggil Uncle) pukul 09.00 Malaysia/pukul 08.00 waktu Indonesia Bagian Barat. Setelah 1 jam melewati sawah – sawah dan lumbung milik warga akhirnya kami mulai menapaki hutan Serawak. Terlihat masih sangat alami hutan Serawak ini, vegetasi tumbuhan dan binatangnya terbilang sangat kaya, terdapat peninggalan – peninggalan prasejarah yang kami temui saat perjalanan ke Batu Lawi seperti ukiran batu dan makam Suku Pennan ratusan tahun silam. Suku Pennan hampir sama seperti Suku Dayak yang berada di Kalimantan.


















Peninggalan Ukiran Batu dan Jejak Hewan Buruan
Suku Pennan atau Suku Dayak Penan Timur, adalah salah satu suku pengembara yang hidup di hutan pedalaman Sarawak, Malaysia. mereka hidup dengan menggunakan sumber daya yang bisa di manfaatkan di hutan, seperti makan binatang buruan(payau, rusa, babi, dll).
***
Sedikit berbeda jalur yang kami lalui dengan jalur yang kami buat di peta, jalur yang kami lalui selalu melipiri punggungan dan banyak menyebrang sungai. Membuat perjalan di hari pertama ini sangat panjang.
Banyak jejak – jejak binatang yang kami temui saat perjalanan, dengan semangatUncle Philips menjelaskan tentang teknik berburu yang berawal dari jejak payau, rusa, babi, dan burung – burung. Uncle Philips juga sangat mengerti tentang tumbuhan, dari jenis pohon yang bisa diuangkan dengan harga jual mahal sampai tanaman pengobatan.
Uncle Philips merupakan penduduk asli Bario, yang juga merupakan pensiunan tentara Malaysia, jadi tidak heran beliau sangat mengerti medan di daerah hutan Serawak.
Setelah berjalan 5 jam kami menemui medan yang berbatu – batu, jalur berada diantara bebatuan besar, Sungai yang kami lalui pun selalu timbul dan menghilang di dalam goa. Keseimbangan merupakan kunci agar dapat menyebrangi  sungai melalui jembatan kayu.
























Shelter Camp 1
Kami tiba di camp 1 pukul 19.30. Kondisi di Camp 1 sudah terdapat sebuah shelter, ternyata dahulu warga merencakan membuat jalan untuk bisa sampai ke Tebing Batu Lawi menggunakan Mobil 4WD, namun di tengah jalannya proyek, pembuatan jalan ini terhenti dikarenakan ketidaksetujuannya kepala kampung setempat karena pembuatan jalan ini akan banyak menebang pohon – pohon yang berguna untuk menyimpan dan menyaring air sungai yang mengalir ke desa.
-          Hari Kedua

















Karpet Hijau dan Tebing Batu Lawi Dari Kejauhan
Untuk mempercepat perjalanan di hari kedua, beberapa logistik kami tinggalkan di shelter ini, kami memulai perjalanan pukul 09.00, saat memulai perjalanan kami seperti berjalan di atas karpet hijau. Ya, jalan besar yang tidak dirampungkan untuk pergi ke Batu Lawi ini sudah berlumut, persis seperti karpet hijau. Sepanjang jalan seringkali Batu Lawi terlihat dengan indahnya dari kejauhan. Namun setelah 4 jam berjalan di karpet hijau kami kembali harus memasuki hutan Serawak dan kembali menyebrangi sungai – sungai.
Tak lama memasuki hutan, jalur yang kami lalui mulai tertutup semak dan tumbuhan liar, menandakan sudah lama jalur ini tidak digunakan, longsoran tanah juga seringkali menutup jalur sehingga mengharuskan kami berhati – hati untuk melewatinya.





















Camp 2
Pukul 16.00 kami tiba di camp ke 2, kondisi camp ke 2 berada di lembahan, tepat di samping sungai. Tak butuh waktu lama untuk membuat camp dan shelter api.
-          Hari ketiga
Hari ketiga ini merupakan perjalanan penentuan, ya penentuan karena hari itu adalah waktu dimana aku dapat melihat tebing batu lawi dari dekat dan sekaligus mencari data yang kami butuhkan untuk Ekspedisi di bulan November nanti. Semua peralatan dan logistik kami tinggal di camp 2, kami hanya membawa kamera, alat masak dan beberapa makanan untuk dimasak di siang hari.
Seperti biasa pukul 09.00 kami memulai perjalanan, berbeda dengan hari sebelumnya, hari ini medan pendakian benar – benar curam dan terjal untuk di lewati, setelah 4 jam pendakian akhirnya kami tiba di sadelan Tebing Batu Lawi. Gunung Batu Lawi mempunyai 2 puncakan, puncak pertama adalah emale Tebing Batu Lawi (tebing Female), dan puncak kedua adalah Male Tebing Batu Lawi (tebing Male). Sedangkan tebing yang akan kami panjat adalah Male Tebing Batu Lawi.


















Female, Male, Crack Male
Setelah menyantap makan siang kami memulai berjalan mendekati Male Tebing Batu Lawi, dengan cermat kami perhatikan crack – crack  yang memungkinkan untuk kami naiki, pelan – pelan kami memutari tebing Male sembari mengambil gambar dan video jalur crack yang memungkinkan untuk dijadikan jalur yang akan kami panjat. Setelah selesai mengambil data kami pun kembalu turun, pukul 18.30 kami tiba dicamp 2.
-          Hari keempat
Tepat pukul 09.00 Setelah mem – packing semua peralatan dan melakukan cleaningkami memulai perjalanan untuk kembali ke camp 1, terasa sangat cepat perjalanan di hari keempat ini, pukul 15.00 kami sudah tiba di camp 1, hari itu kami lewati dengan canda gurau dan tidur panjang sampai pagi.
-          Hari kelima
Seperti biasa pukul 09.00 setelah melakukan cleaning kami memulai perjalanan kembali ke kediaman Uncle Philips. Perjalanan hari ini merupakan perjalanan panjang terakhirku di survei Ekspedisi ini, meskipun beban ransel sudah berkurang, namun tetap perjalanan di hari terakhir ini terasa sangat panjang. Kembali menaiki dan menuruni bukit, menyusuri sungai dan menyebrangi sungai sangatlah menguras tenaga. Kami tiba di kediaman Uncle Philips pukul 18.00. Nasi berlauk rebung dan pakis menyambut kami malam itu, hari itu kami bermalam di kediaman Uncle Philips.
***
Pagi hari tiba, kami sudah berjanji kepada Very, Selamet, Deny untuk berjumpa terlebih dahulu sebelum terbang kembali ke Indonesia. Very, Selamet dan Deny merupakan beberapa orang indonesia yang sangat membantu kami saat tiba di Bario, meskipun mereka harus bekerja sampai sore hari, namun mereka tetap menyempatkan waktu untuk kami.
Namun sangat disayangkan di hari terakhir itu kami hanya bertemu dengan Selamet, sedangkan yang lainnya sedang pergi bekerja, ya tak apalah kami hanya menitipkan salam kepada kawan – kawan indonesia lainnya.












Terima kasih atas semua bantuannya Bario, sampai jumpa di bulan November nanti…

Read more »

Thursday, November 1, 2012

"gelap, sunyi, penasaran dan jantung berdebar"
Ya, itulah yang dirasakan para penelusur saat akan menelusuri lorong di dalam permukaan bumi.
Kamis, 13 September 2012 saya bersama 10 kawan saya berangkat ke Tajur mencicipi gua Keraton dan Gua Cirenteng.
Tidak ada maksud khusus dalam perjalanan kali ini, hanya mengisi waktu libur sambil mereview kembali apa yang telah diajarkan saat pendidikan lanjut caving yang saya lakoni di ASTACALA.
Gua Keraton merupakan gua horizontal dan vertikal yang berada di kawasan karst Tajur, bogor, Jawa Barat. sesuai dengan namanya, "Gua Keraton" didasar gua ini terlihat aula mirip keraton tempat para raja bersinggah dengan aroma magis nya sangat kuat bagi warga sekitar maupun bagi penelusur.
untuk dapat melihat keindahan ruang bawah tanah Gua Keraton, haruslah menuruni sumuran multypich setinggi 70meter. tingkat kesulitan penelusurannya tergolong sulit karena untuk membuat anchor lintasan batuan dan lubang tembusnya seakan - akan sudah di buat sedemikian rupa sehingga banyak dari penelusur menggunakan tambatan yang selalu sama. terdapat 4 pitch untuk dapat menikmati pemandangan indah di dasar gua keraton. dari semua pitch, pitch 3 lah yang merupakan pitch yang harus diwaspadai, karena di pitch terakhir ini kita harus berhati - hati, dikarenakan jalan untuk menuju ke batuan dan tambatan anchor sangat licin dan cukup terjal, selain karena jalan yang cukup bahaya, lintasan rigging juga harus di amankan, karena saat akan melewati lintasan ini, pastilah friksi panjang akan terjadi, gunakanlah pedding yang benar - benar bisa membuat karmantel anda aman, karena sudah banyak karmantel penelusur yang hampir putus saat melewati lintasan ini.
Terima kasih diucapkan kepada Gua Keraton, karena berkatnya saya dapat menikmati lagi salah satu keindahan alam yang diciptakan oleh sang pencipta.

Read more »

Tuesday, August 7, 2012

Tanggung Jawab

Dahulu merasa tersesat jauh di antahberantah, tak tahu arah tujuan, hanya mengikuti arus waktu yang terus berjalan cepat namun terkadang sangat lambat. Namun kini terlihat jelas tujuan hidup, tidak ada kata terlambat dalam hidup cukup berniat dan jalani dengan tanggung jawab itulah yang disebut dewasa.
Belajar hidup dari pengalaman pribadi dan menjadikan pengalaman orang lain sebagai motivasi, masa depan hanyalah yang maha kuasa yang mengetahui, kita hanya mainannya yang mempunyai kewajiban bersujud kepadanya dengan pamrih meminta segala sesuatu yang kita inginkan sesuka hati.
Berdoa, berusaha dan takdir dari yang maha kuasa yang menentukan. 
"Jalani hidup dengan apa adanya biarlah watu bicara bahwa takdirnya..." Tony Q Rastafara

Read more »

Tuesday, April 17, 2012

Kagak Bisa Tidur

Tertinggal Jauh di belakang merekaaa...
2 tahun hanyalah waktu yang singkat, tapi tak di sangka setelak ini aku di tinggalkan mereka berlari sekencang kencangnya.
kecekatan, kecepatan, kekuatan, keterampilan, kekreatifan, kepintaran, mental, pengalaman, kebijakan, hinggah keuletan tertinggal jauh di belakang mereka...
jalan yang di pilih memang sudah berbeda. aku sudah berbeda dengan kita, begitu juga mereka sudah sangat berbeda dengan dia.
Tak bisa dipungkiri aku iri dengannya terutama oleh lingkungannya.
"kita akan menjadi hebat jika bergaul dengan orang hebat"
dahulu sahabat entah bagaimana sekarang, dunianya tak jauh berbeda denganku, namun lingkungannya sunggug sangat berbeda. bergaul dengan orang hebat dan juga di ajari oleh orang hebat menjadikannya dapat berfikir dan menjalankan dunianya sebagai orang yang hebat.
Terperangkap dengan pencarian ilmu bayaran, hari libur serasa sangat singkat... pengalaman memang mengorbankan waktu. namun berbeda dengannya... waktu libur yang senggang cukup untuknya membuat hal - hal yang luar biasa membuatku takjub.
Berharap cepat keluar dari kerangkeng besi ini dan belajar banyak dari cara dia menjalankan hidupnya.
Benar kata mereka, hidup seperti alunan melodi, kadang indah kadang semraut tergantung bagaimana cara kita memainkannya.

Read more »

Wednesday, January 25, 2012

Sifat dan Karakteristik

Banyak yang berkata saya berubah... dari seorang Arnan yang ramai menjadi Arnan yang lebih pendiam.
Mendadak sepi memang kalau dipikir-pikir...
Saya sangat setuju jika ada yang mengatakan sifat atau karakter seseorang dapat berubah tergantung lingkungan dan seiring berjalannya waktu... Karena inilah yang disebut fase pendewasaan diri atau bisa dibilang takdir manusia dalam penjajakan diri untuk mengetahui jati diri sebenarnya.

Jika di pikir-pikir sebenarnya setiap manusia mempunyai kepribadian ganda, pribadi ketika bersosialisasi dengan orang lain dan pribadi ketika sedang sendiri menyendiri.
Mungkin yang terjadi pada diri saya ini adalah pribadi yang terjadi ketika pribadi saya saat menyendiri lebih mendominasi keseluruhan sifat saya sehingga membuat kepribadian saya yang dahulunya ramai menjadi lebih pendiam.
Meskipun jika memang benar begitu biarlahhh... karakter seseorang memang sudah mutlak begitu adanya, mereka terbentuk dengan sendirinya, terbentuk ketika seseorang berpetualang dengan dunianya saat usia dini hingga meranjak ke usia sangat tua atau bisa di bilang usia matang, jika pada di usia itu dia masih belum mendapatkan kepastian how you are? maka sangatlah sulit bagi dirinya untuk merasuk ke kehidupan khalayak luar. Karena bisa di bilang mengenal diri sendiri adalah senjata paling ampuh untuk menjadi seorang yang sukses.

Sifat dan karakteristik merupakan EQ yang lebih tinggi derajatnya dibandingkan IQ. karena dengan IQ yang bagus tanpa disertai EQ yang bagus pula tidak lah berguna kepintaran seseorang itu .

Read more »

Wednesday, January 18, 2012

Rancu


Jenuh, bimbang, galau, atau bisa di bilang melankolis itu yang kurasakan setiap diriku terhempas oleh kesendirian ruang dan waktu.

Banyak pertanyaan yang tiba - tiba muncul... siapa saya??? Apa yang sedang saya inginkan??? Sudah bisa kah mandiri saya??? Sudah punya skill yang cukup kah saya??? Mau jadi apa saya kedepannya???
Dan seketika pertanyaan tujuan hidup pun muncullll...

Tujuan hidup? Seperti apakah tujuan hidup di dunia itu? Apakah hanya sebatas membuat orang tua kita bahagia dan kemudian berkeluarga dengan mempunyai materi yang berkecukupan???

Setelah membaca dan mendalami tulisan beberapa orang, hati saya bergetar, seakan ingin berlari dengan cepatnya untuk mengetahui tujuan hidup sayaaaa, salahkah cara hidup saya yang memang tidak punya tujuan hidup yang jelas, hanya mengikuti arus waktu yang terus bergulir dengan konstan tanpa mempunyai target yang ingin didapat???

sudah saya coba membuat plan untuk hidup saya kedepan, tapi tetap tidak terbayang sama sekali, entah takut atau benar2 tidak terbayang rincian perjalanan hidup saya kedepannya, Akan menjadi apa diri saya 20 tahun kedepan...???

Percaya diri akan kemampuan diri sendiri benar2 menghilang, meratap nilai kuliah yang tak pernah membaik, benarkah patokan kesuksesan duniawi tidak dipatok melalui gelar sarjana dengan nilai yang menjulang tinggi??? usaha sudah dilontarkan, meskipun belum maksimal, tapi apalah daya, daya tangkap nalar tentang materi tidak begitu bisa di andalkan

Dan untuk kesekian kalinya kembali saya hanya bisa mengetahui jawabannya setelah mengikuti arus waktu beberapa tahun kedepan...
untuk saat ini memang benar seperti yang dikatakan suara angin di luar sana, jalani aja, lambat laun pasti beribu ribu pertanyaan yang terngiang itu pasti akan terjawab... dan saya memang harus mempercayai ituuu

Read more »

Monday, December 12, 2011

Menapaki Punggungan Malabar – Puntang


Pukul 06.00 WIB aku terbangun, hari itu hari Kamis, 3 November 2011 aku akan melakukan perjalanan Pendidikan Lanjut Gunung Hutan (GH) dan Search and Rescue (SAR) yang merupakan sederetan rangkaian atau bisa di bilang kewajiban Anggota Muda Astacala untuk dapat menjadi Anggota penuh Astacala. Sesuai dari namanya yaitu Gunung Hutan (GH) dan Search and Rescue (SAR) kami di haruskan melakukan perjalanan ke salah satu gunung  yang di seluruh perjalanan itu kami mengatur seluruh rancangan operasionalnya, disini kami di tuntut untuk benar – benar bisa menguasai teknik navigasi darat serta teknik bertahan hidup di hutan.

Kresna, Berti dan Tumingkel adalah pendamping perjalanan Diklan GH & SAR Kelompok ku saat itu. Bersama Ebol, Aris dan Hadi kami ber-7 segera berangkat ke Gunung Malabar, gunung yang terletak di bagian selatan Kabupaten Bandung dengan titik tertinggi 2.343mdpl adalah tempat yang kami pilih untuk Diklan GH & SAR.

Rencana Operasional kami untuk tiba kembali ke sekretariat yaitu empat hari dari hari keberangkatan, dimana setiap harinya kami mendirikan camp berbeda jenis. Di hari pertama kami haruslah membuat camp perorang, di hari kedua kami haruslah membuat camp berkelompok, dan di hari ketiga kami haruslah membuat bivak alam kelompok. Jika dalam 4 hari itu kami tidak bisa melakukannya maka hari pun harus di tambah hingga kami dapat mendirikan keseluruhan point – point tersebut.

Pukul 08.15 WIB Perjalanan kami menuju kaki gunung Malabar dimulai dengan mencarter angkot dari Palasari, setelah bernegoisasi dengan supirnya akhirnya kami memperoleh kesepakatan harga.

Kami tiba di Desa Cinanggela, kaki gunung Malabar pukul 10.40 WIB. Setelah berishoma sejenak, kami segera berjalan menuju titik start, perjalanan menuju titik start tidak terlalu jauh, sekitar pukul 13.00 WIB kami sudah tiba di titik start.
Perjalanan dari titik start
Kondisi di titik start merupakan area persawahan dan terlihat  beberapa rumah warga. Beberapa punggungan juga terlihat dari kejauhan. Langsung saja kami berorientasi medan untuk lebih meyakinkan kami jalur punggungan mana yang akan kami lalui sesuai dengan jalur yang telah kami plotkan.

Medan yang kami lewati untuk mencapai titik camp pertama sangatlah membosankan, hanya ada sawah dan perkebunan yang dapat kami nikmati. Sekitar 3 jam kami melewati sawah dan perkebunan warga akhirnya kami tiba di titik camp pertama.

Kondisi di titik camp pertama masih di sekitar daerah perkebunan warga, cuaca saat itu sedang hujan rintik – rintik dan berkabut tebal.
Camp  I  (camp per orang)
Sesuai dengan rencana awal, di titik camp pertama ini kami membuat camp perorang. Camp telah selesai,  kami pun langsung membuat api. Hingga malam datang pun hujan masih terus mengguyur camp kami. Setelah makan akhirnya kami berkumpul mengelilingi api untuk menghangatkan diri sembari brifing perjalanan untuk esok hari.

Perjalanan hari kedua dimulai sekitar pukul 10.00, hujan masih terus mengguyur tubuh kami, medan yang dilewati pun masih berupa perkebunan milik warga. Kami baru memasuki hutan pegunungan malabar setelah berjalan sekitar 2 jam. Saat tiba di Hutan Malabar jalur yang kami lewati mulai menghilang, tanaman berduri dan tanaman liar seringkali menutup jalan yang kami lewati, sehingga kami pun harus menebas tanaman liarnya. Jika dilihat dari kondisi medannya sepertinya jalur yang kami lewati memang sudah lama tidak digunakan lagi.

Setelah beberapa jam berjalan akhirnya kami tiba di plotan titik camp kedua. Saat tiba di sini ternyata hari masih siang akhirnya kami berunding sejenak dan mendapatkan mufakat untuk melanjutkan perjalanan. Karena dari awal kami memang sudah menetapkan target waktu dalam perjalanan ini. Sembari melihat peta akhirnya kami menetapkan untuk mendirikan camp di puncak Malabar. Sehingga titik plotan camp ke-2 ini pun hanya kami jadikan tempat ishoma sejenak.

Perjalanan kami lanjutkan kembali, kondisi Jalur yang kami lewati tetaplah sama seperti sebelumnya, terus menebas tanaman liar yang menghalangi jalan. Medan track yang kami lewati pun perlahan mulai mengganas, tanjakan – tanjakan curam ditambah dengan kondisi medan yang licin karena hujan serta pegerakan tambahan menebas tanaman sangat menguras energi kami.
Camp II (camp kelompok)
Sekitar pukul 16.30 kami tiba di puncak malabar. sesuai dugaan kami ternyata dataran di puncak malabar cukuplah luas cocok untuk tempat mendirikan camp. Keadan floranya pun masih terbilang rapat, sehingga cukup membantu kami untuk menahan angin yang masuk ke dalam camp kami.

Sesuai rencana di hari kedua ini kami mendirikan camp kelompok dan api kelompok. Sama seperti hari sebelumnya waktu kami gunakan untuk saling menghangatkan diri dan saling becanda ria.

Di hari ketiga kami telat bangun, dari ROP yang telah dibuat seharusnya kami siap memulai perjalanan pukul 09.00, namun nyatanya kami baru memulai perjalanan pukul 10.00. Melihat jalur yang akan kami tempuh hari ini sangat panjang, yaitu melanjukan perjalanan turun melalui gunung Puntang, maka kami memutuskan untuk mempercepat perjalanan di hari ketiga ini.

Kondisi Medan di hari ke-3 ini lebih berbahaya dari medan sebelumnya, ditambah kondisi cuaca saat itu sedang hujan dan punggungan yang kami turuni sangatlah terjal, sering kali juga kami melipiri punggungan yang sangat tipis, karena mau tidak mau untuk menuju gunung Puntang hanya ada satu jalan, yaitu jalan yang kami plotkan ini.

Waktu sudah menunjukan pukul 13.30, disini kami sempat berunding apakah akan mendirikan camp di titik ini atau melanjutkan perjalanan, karena saat kami melihat peta, titik yang bisa kami gunakan untuk mendirikan camp cukup lah jauh, ditambah jalur punggungan yang kami pilih memang cukup rapat dan tipis. Setelah berunding beberapa lama akhirnya kami memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan hingga kami tiba di gunung puntang.
Dokumentasi sesaat sebelum menapaki punggungan Malabar - Puntang
Merangkaki Punggungan Malabar - Puntang
Perjalanan pun kami lanjutkan, benar saja ternyata keadaan di medan sebenarnya lebih buruk dari yang tergambar di peta. Awalnya jalur terlihat normal, namun setelah beberapa menit berjalan, perjalanan menjadi sangat mencekam. Lebar jalur punggungan yang kami lewati hanyalah selebar dua jengkal, bahkan ada yang hanya satu jengkal tangan, pegangan tangan pun tidak ada, yang bisa di lihat di kanan dan kiri kami hanyalah jurang yang sudutnya hampir menyiku 90 derajat. Tidak ada pengaman yang kami gunakan untuk melewati punggunan ini, untuk melewati punggungan ini kami semua haruslah merangkak dan merangkak. Kondisi jalan yang menanjak juga hujan deras membuat kami lebih berhati hati dalam merangkak, angin kencang dan suhu dingin juga rasa lapar sangat amat kami rasakan saat itu, sekujur tubuh kami merinding, pikiran pun sudah berfikir kesana kemari, raut muka seluruh orang saat itu pucat pasih. Kami semua tidak ada pilihan untuk kembali ke belakang, karena jalur yang kami lewati sebelumnya juga sama – sama berbahaya. Bisa dibilang kami semua sangat bodoh untuk melewati punggungan ini. Melewati Jalur  yang benar – benar sangat tidak safety untuk dilewati, tapi apalah daya, semua sudah terjadi, yang bisa kami lakukan hanyalah berdoa dan berjalan dengan tetap menatap ke depan.
Puncak Puntang
Alhasil setelah kira – kira 3 jam merangkak kami semua berhasil melewati Punggungan menyeramkan itu, dan tiba di puncak gunung Puntang.

Kami memutuskan untuk mendirikan camp di titik ini, karena hari sudah sore dan titik camp yang kami plotkan masih cukup jauh. Terpaksa kami pun mendirikan camp flysheet.

Hujan masih terus mengguyur badan kami. Beruntung kayu bakar masih mudah untuk dicari sehingga api masih muda untuk dibuat. Sembari menghangatkan diri di malam hari kami melakukan eval dan brifing untuk perjalanan turun esok hari. Setelah membandingkan medan sebenarnya dan medan di peta akhirnya kami semua pun sepakat bahwa peta yang kami gunakan memang sudah terlalu banyak distorsinya dari medan yang sebenarnya, yang dikarenakan peta yang kami gunakan memang sudah cukup tua.

Pagi hari pun datang, dari Rencana Operasional (ROP) yang seharusnya kemarin di hari ketiga kami mendirikan bivak alam, tapi apalah daya, karena kondisi medan yang benar – benar di luar dugaan, akhirnya dari hasil brifing semalam kami telah bertanya kepada pendamping agar kami diperbolehkan tidak menambah hari, akhirnya kami pun diperbolehkan tidak menambah hari asalkan kami tetap membuat bivak alam, meskipun tidak digunakan untuk bermalam.

Perjalanan turun dimulai pukul 09.00. cukup cepat perjalanan hari ini, hujan lebat tidak menghambat perjalanan kami, sering kali kami terpleset dan terjatuh karena licinnya jalur, namun itu hanya kami anggap hiburan selingan belaka.
Bivak alam
Sebelum tiba di bumi perkemahan kami memutuskan untuk mendirikan bivak alam di dekat aliran sungai. Langsung saja kami membuat bivak alam, sekitar satu jam akhirnya kami selesai membuat bivak tersebut. Materi GH pun akhirnya dapat kami selesaikan.
Materi SAR
Materi kemudian di lanjutkan dengan materi Search and Rescue (SAR). Disini kami diberi teori – teori Search and Rescue (SAR ). Sedangkan SAR yang kami praktekan hanya sebagai pengenalan. Metode yang kami gunakan untuk mencari korban adalah metode pasiv, yaitu dengan cara memberi tanda untuk korban agar korban dapat menuju basecamp SAR, dimana di tanda tersebut di beri sudut azimut sehingga si korban akan mencari tanda berikutnya lagi hingga tiba di basecamp SAR. Metode ini hanya bisa digunakan jika si korban menguasai teknik navigasi darat.

Read more »